Spiga

Pekerjaan Bagi Peminta-Minta

Pada suatu saat ada seorang laki-laki dari kaum Anshor datang kepada Rasulullah saw. Ia meminta sedekah. Nabi mendengar permintaan tersebut, namun beliau menyaksikan bahwa ia adalah seorang pemuda yang kuat dan mampu untuk bekerja. Nabi tidak memberi sedekah sedikit pun.

Beliau bertanya: “Apa yang ada di rumahmu?”

Laki-laki itu menjawab: “Ya, saya memiliki alas berupa kain kasar, sebagiam kami pakai dan sebagian kami hamparkan, dan sebuah gelas besar tempat kami minum”.
Kemudian Rasulullah saw berkata: “Datanglah kepadaku dengan membawa keduanya.”. Setelah laki-laki itu datang membawa kain dan gelas, Rasulullah saw. mengambilnya dan memanggil sekelompok sahabat.

“Siapakah yang ingin membeli kedua barang ini?”, tanya Rasulullah saw kepada para sahabat.

“Saya membelinya seharga satu dirham”, jawab seorang sahabat.
Rasulullah saw tahu harga kedua barang itu lebih dari satu dirham. Maka Rasulullah saw mengulangi pertanyaannya, “Siapakah yang ingin membeli kedua barang ini?”

Kemudian salah seorang sahabat membelinya dengan harga dua dirham. Diambilah uang dua dirham oleh laki-laki Anshor tadi

“Belilah makanan dengan setengah dari uang itu untuk keluargamu dan sisanya belilah kapak. Datanglah kepadaku dengan membawanya.”, kata Rasulullah saw.

Laki-laki Anshor itu datang lagi kepada Rasulullah saw dan mendapati Rasulullah saw sedang menyiapkan kayu sebagai pekerjaan bagi laki-laki Anshor itu.

HADIAH ORANG BERPUASA

Dalam perjalanan pulang dari mengaji, Alia bercakap-cakap dengan Nadia dan Alifa. ”Teman-teman, sebentar lagi bulan Ramadhan. Kemarin saya ikut Tarhib Ramadhan. Asyik... Saya akan puasa penuh selama sebulan.” seru Alia kepada teman-temanya.
”Aku juga! Soalnya kalau aku puasa penuh, ibuku membelikan aku boneka. Senang sekali rasanya.” kata Alifa.
”Bagaimana kamu Nadia?” tanya Alia kepada Nadia.
”Tidak tahu ya. Saya mau bicara kepada Ummi dulu.” jawab Nadia.

Sesampai di rumah...
”Ramadhan nanti Nadia mau puasa, Mi.” lapor Nadia kepada Umminya.
”Alhamdulillah.” jawab Ummi.
”Ummi! Teman Nadia kalau puasa ia dibelikan boneka sama ibunya.” kata Nadia lagi.
”Jadi ceritanya Nadia mau dibelikan boneka juga?” tanya Ummi.
”Ah, tidak kok Mi.” jawab Nadia.

Malamnya Ummi bercerita...
”Nah, di syurga itu ada satu pintu yang dinamakan Baabur Royyan.” kata Ummi.
”Apa itu Mi?” tanya Nadia minta penjelasan.
Baabur Royyan adalah pintu syurga hanya untuk orang yang melaksanakan puasa.” jawab Ummi.
”Nadia ingin cepat-cepat Ramadhan Mi. Biar masuk syurga lewat Baabur Royyan.” kata Nadia semangat.
”Insya Allah, Amin. Oh iya, kemarin Ummi beli sesuatu untuk Nadia. Ini untuk Nadia.” kata Ummi.

Setelah dibuka.
”Alhamdulillah... Boneka! Terima kasih Ummi!” seru Nadia.
Nadia senang sekali mendapatkan boneka dari Ummi. Padahal Nadia masih berniat akan puasa penuh. Belum sampai sehari Allah SWT telah mengabulkan do’a dalam hatinya. Betapa syukurnya Nadia kepada Allah SWT. Apalagi setelah berpuasa telah dijanjikan Allah untuk masuk syurga-Nya.

Dicintai Allah SWT

“Tatik tidak masuk lagi?” tanya Pak Ahmad, melihat kursi di samping Upik kosong.

Doni langsung menjawab, ”Iya Pak, Tatik bolos. Kemarin saya lihat Tatik menggendong adiknya.”

”Upik, kamu teman sebangkunya tidak tahu kenapa Tatik tidak masuk?” tanya Pak Ahmad lagi.

”Takut...,” jawan Upik dengan suara perlahan. Ia semakin tertunduk.

Upik menoleh ke belakang lalu menangis.

”Lho, kenapa menagis?” tanya Pak Ahmad.

”Tatik malu ke sekolah Pak. Ia malu karena bapaknya tukang becak. Kata Doni, tukang becak itu hina. Tukang becak itu kerjaanya disuruh-suruh. Terus..”

Upik menyeka air matanya dan berkata lagi, ”Terus, kata Doni keringat tukang becak itu bau. Tangannya kasar. Jadinya, Tatik malu sekali. Besoknya Tatik tidak masuk sekolah.”

Pak Ahmad terperanjat. Mukanya memerah, merah padam. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya gemetar. Dengan suara serak, Pak Ahmad berkata, ”Demi Allah, tidak seorang pun yang bekerja keras kecuali Allah akan memuliakannya. Allah mencintai orang yeng bekerja keras. Bapaknya Tatik bekerja keras. Insya Allah beliau pun dicintai Allah.”

Murid-murid tertunduk. Satu dua ada yang mulai terisak-isak. Hanya Doni yang tidak sedih. Ia berkata pada Pak Ahmad, ”Tetapi papaku lebih kaya. Papaku menyumbang masjid lebih banyak daripada bapaknya Tatik.”

Pak Ahmad masygul sekali mendengar perkataan Doni. Hatinya benar-benar sedih. ”Tidak ada bedanya orang kaya dan orang miskin. Kaya atau miskin, kalau bertakwa akan masuk syurga. Tetapi kalau durhaka masuk neraka.” kata Pak Ahmad.

Murid-murid diam. Lalu Pak Ahmad bercerita.

”Ketika Nabi pulang dari perang Tabuk, Nabi dijemput seorang sahabat. Namanya Sa’ad Al-Anshari. Dia ingin minta maaf kepada Nabi karena tidak bisa ikut berperang. Ketika dia menyalami Nabi, Nabi segera melihat tangan Sa’ad kasar sekali. Nabi bertanya, ”Kenapa tanganmu itu, ya Sa’ad?”

”Ya, Rasulullah. Saya ini bekerja keras, membelah batu, mencari nafkah yang halal, untuk membiayai keluarga saya,” jawab Sa’ad.

Mendengar itu Nabi yang mulia mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya. Kata Nabi, ”Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.”

Mendengar kisah itu, seisi kelas menangis. Teddy yang pernah mengejek Tati, sekarang menangis keras-keras. Ia sangat menyesal.

”Kalau tidak disentuh api neraka, masuk ke mana dia?” tanya Pak Ahmad lagi.

”Masuk Syurga,” jawab murid-murid serentak.

”Benar. Allah mencintai orang-orang yang bekerja keras. Karena bapaknya Tatik bekerja keras mengayuh becak, maka bapaknya Tatik juga orang yang mulia.” kata Pak Ahmad.