“Tatik tidak masuk lagi?” tanya Pak Ahmad, melihat kursi di samping Upik kosong.
Doni langsung menjawab, ”Iya Pak, Tatik bolos. Kemarin saya lihat Tatik menggendong adiknya.”
”Upik, kamu teman sebangkunya tidak tahu kenapa Tatik tidak masuk?” tanya Pak Ahmad lagi.
”Takut...,” jawan Upik dengan suara perlahan. Ia semakin tertunduk.
Upik menoleh ke belakang lalu menangis.
”Lho, kenapa menagis?” tanya Pak Ahmad.
”Tatik malu ke sekolah Pak. Ia malu karena bapaknya tukang becak. Kata Doni, tukang becak itu hina. Tukang becak itu kerjaanya disuruh-suruh. Terus..”
Upik menyeka air matanya dan berkata lagi, ”Terus, kata Doni keringat tukang becak itu bau. Tangannya kasar. Jadinya, Tatik malu sekali. Besoknya Tatik tidak masuk sekolah.”
Pak Ahmad terperanjat. Mukanya memerah, merah padam. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya gemetar. Dengan suara serak, Pak Ahmad berkata, ”Demi Allah, tidak seorang pun yang bekerja keras kecuali Allah akan memuliakannya. Allah mencintai orang yeng bekerja keras. Bapaknya Tatik bekerja keras. Insya Allah beliau pun dicintai Allah.”
Murid-murid tertunduk. Satu dua ada yang mulai terisak-isak. Hanya Doni yang tidak sedih. Ia berkata pada Pak Ahmad, ”Tetapi papaku lebih kaya. Papaku menyumbang masjid lebih banyak daripada bapaknya Tatik.”
Pak Ahmad masygul sekali mendengar perkataan Doni. Hatinya benar-benar sedih. ”Tidak ada bedanya orang kaya dan orang miskin. Kaya atau miskin, kalau bertakwa akan masuk syurga. Tetapi kalau durhaka masuk neraka.” kata Pak Ahmad.
Murid-murid diam. Lalu Pak Ahmad bercerita.
”Ketika Nabi pulang dari perang Tabuk, Nabi dijemput seorang sahabat. Namanya Sa’ad Al-Anshari. Dia ingin minta maaf kepada Nabi karena tidak bisa ikut berperang. Ketika dia menyalami Nabi, Nabi segera melihat tangan Sa’ad kasar sekali. Nabi bertanya, ”Kenapa tanganmu itu, ya Sa’ad?”
”Ya, Rasulullah. Saya ini bekerja keras, membelah batu, mencari nafkah yang halal, untuk membiayai keluarga saya,” jawab Sa’ad.
Mendengar itu Nabi yang mulia mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya. Kata Nabi, ”Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.”
Mendengar kisah itu, seisi kelas menangis. Teddy yang pernah mengejek Tati, sekarang menangis keras-keras. Ia sangat menyesal.
”Kalau tidak disentuh api neraka, masuk ke mana dia?” tanya Pak Ahmad lagi.
”Masuk Syurga,” jawab murid-murid serentak.
”Benar. Allah mencintai orang-orang yang bekerja keras. Karena bapaknya Tatik bekerja keras mengayuh becak, maka bapaknya Tatik juga orang yang mulia.” kata Pak Ahmad.
0 comments:
Post a Comment