Spiga

Sekolah Hanya Untuk Mengisi Waktu Luang

Kamu tahu nggak bahwa asal kata school itu dari schoolare, dari bahasa Latin, yang artinya hanya mengisi waktu luang. So, kalo school itu maknanya untuk ngisi waktu luang doang. Emang tadinya sekolah hanya digunakan untuk mengisi waktu luang. Kemudian dibuatlah cara agar ngisi waktu luangnya bisa bermanfaat (itu katanya lho). Ini nih definisi school menurut orang barat sono. Nah, kalo untuk ngisi waktu luang doang, ngapain kita susyah-susyeh? Eh nggak ding, tengok tuh pengertian yang lain.

Kalo kamu lihat tuh arti yang sering diidentikkan dengan sekolah dalam bahasa Arab, yaitu madrasah. Asal katanya da ra sa yang artinya belajar dan membaca. Dari kata madrasah ini didefinisikan menjadi tempat proses belajar mengajar yang terkait dengan ajaran Islam dengan dipandu oleh kurikulum. (Nggak ku ku deh pengertian madrasah dengan school, jelas lebih bermanfaat madrasah kan?. Setujuuu???!!!)

Merujuk pengertian dari bahasa Arab di atas, jieehhh…, menunjukkan bahwa tempat belajar tidak mesti di suatu tempat tertentu yang khusus, tetapi bisa dilaksanakan di mana saja, di rumah, di surau, langgar atau masjid, bahkan di ladang, di laut atau tempat lain yang memungkinkan untuk proses belajar mengajar. Jelaskan? Rumah, surau, langgar dan masjid, memegang peranan penting dalam perkembangan pendidikan Islam. Tapi akhirnya kata madrasah ini ‘ditempelkan’ hanya pada nama sekolah agama Islam. (Ini nih mulai mempersempit arti madrasah).

Pada masa Rasulullah saw proses belajar mengajar yang dikenal oleh orang di tempat Arqam bin Abil Arqam, suatu tempat belajar di rumah seorang sahabat yang memang belum banyak dikenal orang. Ini pendidikan awal pada era Islam secara formal, walaupun dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, karena dakwah Islam belum secara terbuka.

Nah pada zaman Rasulullah saw ini selanjutnya, tempat belajar juga sudah berlangsung di Masjid Nabawi, di suatu ruangan yang disebut suffah, yang sekaligus juga tempat menyantuni fakir miskin. Belajar di suffah ini berlangsung hingga masa Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah. Di suffah inilah para pejuang Islam, hufadz, dan yang nantinya dikenal sebagai perawi hadits dididik.

Model belajarnya dengan sistem halaqah (murid duduk bersila di sekeliling guru), seperti yang berlangsung di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan masjid di Bagdad, Kufah, Basra, Damascus dan Cairo hingga akhir abad ke-20. Bahkan sampai ke pesantren-pesantren pun masih menggunakan metode ini. (Makanya kalo kamu diajak belajar halaqah, kaya’ mentoring itu lho, jangan malas. Karena itu tu sudah berabad-abad terbukti paling ocheee. Eh ini bukan hanya hasil survey lho…tapi bukti)

Terus karena banyak peminatnya, dibuatlah tempat khusus di luar masjid untuk mengajar anak-anak mambaca, menulis, mempelajari Al-Qur’an dan dasar-dasar Islam yang disebut khuttab. Akhirnya berkembang lagi nih, dibuatkan tempat khusus untuk belajar di sekitar masjid yang disebut zawiyat (khanqah atau ribat). Nah di zawiat ini proses belajar mengajar sudah teratur. Apa bisa ya sekolah Islam sekarang ini disamakan pengertiannya dengan khuttab atau zawiyat?

Madrasah pertama kali didirikan di dunia Islam sebagaimana bentuk dan sistemnya mendekati sekarang, adalah Madrasah Nizamiyah di Bagdad. Madrasah ini didirikan oleh Perdana Menteri Nizamul Mulk. Kemudian berkembang ke berbagai kota dan negeri-negeri Islam. Kemudian di Cairo berdiri Perguruan Al-Azhar (yang masih berdiri sampai sekarang dan ini sebagai bukti pembanding hasil didikan Islam dengan didikan universitas di barat sono. Eh yang nulis juga belum ngalami kok), di Andalusia (Spanyol) berdiri Perguruan Cordoba dan di India Madrasah Deoband. Banyak nama-nama besar ulama Islam yang dididik di lembaga-lembaga pendidikan ini, seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, dll.

Tahu nggak kalo perguruan di Cordoba inilah yang setelah jatuh ke tangan kaum Nashrani kemudian diadobsi, yang kemudian menjadi cikal bakal Universitas Cambridge, Oxford, Harvard, dan lainnya yang terkenal hingga sekarang di dunia barat sono.

Sekarang di Indo nih. Madrasah tidak terlepas dari lingkungan pesantren. Madrasah tersebar di berbagai wilayah, di Surakarta berdiri Madrasah Manba’ al-Ulum (1905), di Surabaya Madrasah Nahdatul Wathan, Madrasah Hizbul Wathan dan Madrasah Tasywirul Afkar, di Minangkabau Madrasah Diniyah (1915) oleh Zainuddin Labay El-Yunusy dan Madrasah Diniyah Putri (1923) oleh Rahmah El-Yunusiyah dan juga Madrasah Sumatra Thawalib (1916). Selanjutnya madrasah ini berkembang dan dikembangkan oleh organisasi-organisasi Islam yang bergerak di bidang pendidikan.

Dengan kedatangan Belanda mengubah sistem halaqah ini menjadi sistem klasikal yang merupakan sistem di sekolah-sekolah kolonial. Perubahan itu terjadi hingga sekarang untuk sekolah-sekolah negeri. Sedang madrasah yang susah diubah, karena terikat dengan pesantren juga sudah mendarah daging menjadi bagian budaya bangsa Indonesia, maka dikelola oleh Departemen Agama. (Nah lho semakin sempit lagi kan ruang lingkup madrasah …) Sehingga sekarang madrasah sudah jadi brand image bagi pendidikan Islam yang terbelakang, kumuh dan tidak berkualitas. Emang gitu ya?

So, kalo kita berkaca (eh emang manna cerminnya?) ke pengertian Islam tersebut kita jadi enjoy deh belajar, walau gak hanya ngisi waktu luang aja. And yang pastinya belajar, gak hanya berada dalam kotak kelas duduk sampai bosen, sambil mentengin guru lagi berdiri di depan. And pengertian madrasah emang tidak terlepas dari inti pendidikan Islam, so kalo kita-kita sudah belajar di sekolah (seharusnya madrasah lho…) yang ada di sekitar masjid, ini nih otomatis gak terlepas dari Islam juga kan? Sedang kita masih malas-malas belajar Islam and males ngamalinya, apa gunanya kita berpayah-payah di sini? Emang waktu kita sekian tahun umur kita terbuang hanya digunakan ngisi waktu luang? Nggak kan?
Eh ingat juga, salah satu hadits Rasulullah: al-Ummu madrasatun. (ini nih kembali ke pengertian madrasah). Berarti ibu adalah tempat kita belajar yang pertama kali. Nah! Tempat belajar kita yang utama tuh ke Ibu, Ibu dan Ibu. Yang artinya di rumah adalah tempat belajar yang utama. Kalo ortu udah nyerahin amanahnya ke madrasah (eh SDIT-SMPIT ding!) brarti tugas dan kewajiban kita slama sini sama aja tugas dan kewajiban kita kepada ortu di rumah So jadikanlah di rumah tempat belajar yang utama dan baik, bukan malah nonton tv dan main ps aja, sedang di sekolah hanya untuk ngisi waktu luang. Hah??? (jsp)

5 comments:

namaku wendy

July 15, 2008 at 10:29 PM

untunglah ada sekolah, jadi waktu luangku tak terbuang sia2 trus aku juga jadi pintar karenanya eh karena bpk & ibu guru dink hehehe gak bisa belajar sama ibu soalnya ibu kerja sih;p

Me

July 18, 2008 at 2:29 AM

Waaaah ulasannya lengkap banget , thanks ya dah kasih artikel penuh info seperti ini.

Pascal

July 18, 2008 at 8:53 PM

Oh gitu yah! Dulu memang Islam maju dengan sangat pesat peradabannya terutama dibidang agama, ilmu pengetahuan dan budaya. Gua juga salut banget dg Islam dulu, coba sampai sekarang Islam masih merajai, dunia akan semakin maju tentu dengan kedamaian dan suci! Yang kurang ajar emang bangsa Yahudi tuh, yang sampai sekarang masih ada, coba bangsa Yahudi mau menerima Islam pasti dibidang ilmu pengetahuan akan semakin maju aja, mereka kan dianugerahi kepintaran dari dulunya oleh Allah tapi sayang mereka malah ingkar yang akhirnya sampai sekarang Islam semakin ke bawah....

Oh ya gua ada 1 permintaan nih, tolong yah kalo mo komen jangan ada verivikasi kata, soalnya saya sering komen pake hp, jadinya harus aktifin gambar, kesedot banyak deh pulsaku... Ini juga pake hp!

balidreamhome

July 18, 2008 at 9:11 PM

nah itu deh makanya semangat anak sekolah sekarang kebanyakn sekedar ngisi waktu luang en daripad diomelin ortu mulu :-)

Sekolah yang sebenarnya kayaknya ya menjalani hidup ini kale ya?

Nurita Putranti

July 24, 2008 at 12:21 AM

artikelnya bagus banget... :D