Spiga

TINJAUAN SEJARAH ISLAM BAGI GENERASI MUDA

MUQADIMAH
Tahu nggak, siapa pelopor pergerakan nasional Indonesia? Itu kan pelajaran esde. Masa sekarang disuruh ngingatin lagi. Sekarang ini yang penting cepat lulus, dapat nilai bagus dan dapat kerjaan di perusahaan bonafit. Mana ada hubungannya mata kuliah kita sekarang dengan sejarah. Nnnngggg… ya, yang jelas seingat saya Boedi Oetomo.
Itulah sekilas gambaran pemuda sekarang terhadap sejarah. (Dikatakan pemuda, karena tidak hanya pelajar atau mahasiswa saja yang umumnya berkata demikian).

REALITA SEJARAH
Dalam buku sejarah, Syarikat Dagang Islam (SDI) berdiri tanggal 16 Oktober 1905 di Laweyan Solo atas prakarsa H. Samanhudi. Akhirnya berkembang menjadi Sarekat Islam (SI) yang dipelopori oleh HOS Tjokroaminoto menjadi bersifat politik. Prof. Drs. Ahmad Mansyur Suryanegara, dosen Fakultas Sastra Unpad, menyebut HOS Tjokroaminoto sebagai peletak dasar perubahan sosial politik di Indonesia.
Sedang Drs. Adabi Darban, SU, dosen Fakultas Hukum UII menyebut SI sebagai pelopor pergerakan nasional. SI merupakan organisasi berskala nasional pertama yang menuntut “Boemipoetra Zelfbestuur” (pemerintahan sendiri) pada kolonial Belanda. Inilah yang kemudian mendorong organisasi-organisasi dalam pergerakan nasional untuk berjuang menuju kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu baru muncul Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta, bersifat kedaerahan bergerak di bidang kebudayaan dan kultur Jawa. Wilayahnya di Jawa dan Madura saja. Angotanya kaum elit, priyayi, dan ‘abmtenaar’ serta bupati.
Menurut yang empunya sejarah, selama ini pelopor pergerakan nasional pertama adalah Boedi Oetomo. Melihat realitas, Boedi Oetomo lahir kemudian setelah SDI. Dengan tidak memperkecil arti Boedi Oetomo dalam pergerakan nasional, mengapa pelopor pergerakan nasional kok tidak SDI? Inilah kenyataan sejarah sekarang.

DISTORSI SEJARAH
Mana yang benar? Di sinilah peran sejarah bermain. Contoh di atas hanya satu dari serangkaian peristiwa sejarah yang kabur ketika kekuatan-kekuatan tertentu mencoba merekayasa sejarah. Mencoba memberi arah baru terhadap kebenaran sejarah di masa lampau.
Lalu bagaimana dengan catatan sejarah yang lain? Seperti Sisingamangaraja XII dan Pattimura yang beragama Kristen atau RA Kartini yang sekuler, serta pelaku-pelaku sejarah Muslim lainnya dalam kancah perjuangan negara Indonesia. Bila kita kaji ulang dan kita teliti kembali, ternyata banyak penyimpangan yang terjadi. Baik dari masa masuknya Islam ke Indonesia, komunitas masyarakat Islam pada jaman kerajaan, masa kerajaan-kerajaan Islam di kawasan nusantara melawan kehadiran kolonial, perlawanan rakyat semesta yang dipimpin oleh para ulama, peran ummat Islam dalam pergerakan nasional, mencapai kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan, hingga masa sekarang ini.

PENYEBAB DISTORSI
Ada dua penyebab distorsi yang menyimpangkan pemahaman sejarah Islam, yaitu penyebab intern dan penyebab ekstern. Penyebab intern, berkaitan dengan visi dan kemampuan penulis sejarah memahami kondisi sosial yang melingkupi peristiwa sejarah itu. Ini tergambar dalam penulisan DR. Akbar S. Ahmad yang berjudul Kearah Antropologi Islam.
Selain itu penyebab ekstern. Drs. Uka Tjandra Sasmita, dosen UI dan IAIN Jakarta, menyebut ada beberapa poin yang mendukung faktor ini, antara lain: tekanan pihak penguasa sebagai sponsor penulisan sejarah, tekanan masyarakat dalam mengubah arah sejarah, peran para orientalis merekayasa sejarah, dan peran para ‘orientalis pribumi’ yang turut menyimpangkan arah sejarah.
Selanjutnya, akhir dari sebab-sebab itu akan timbul apa yang disebut ‘amnesia sejarah’ yaitu penyakit budaya yang membuat orang kehilangan kesadaran akan sejarah.

AKIBAT DISTORSI
Ketika sejarah mendapat ‘tafsir baru’ sesuai pesanan. Ia tak lagi menjadi barang berharga, tetapi menjadi racun yang bisa menghancurkan ummat. Akibatnya tidak hanya penyelewengan fakta dan data saja, tatapi ‘frame’ berfikir yang salah pun akhirnya terbentuk.
Ungkapan muqadimah di awal catatan ini, terlihat kondisi sekarang. Sudah sampai tingkatan mana akibat yang timbul dari distorsi sejarah, yaitu sudah tidak mau tahu terhadap sejarah. Bagitu pula terhadap sejarah Islam. Menyitir ungkapan Zwemmer, seorang penggagas ‘Protocol of Zion’, Yahudi tidak perlu mengajak ummat Islam memeluk agama Nashrani atau Yahudi, tetapi cukup menjauhkan mereka dari agamanya sehingga mereka mengikuti cara hidup Yahudi.
Kongkretnya, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Sebagai generasi penerus, perlu mempelajari sejarah dan arti pentingnya bagi perjalanan ummat. Realitas penulisan sejarah yang menghilangkan peran aktif ummat Islam, ironisnya tidak terperhatikan oleh ummat Islam sendiri. Hal ini terjadi karena ummat Islam dalam memahami sejarah kurang ‘feeling’-nya terhadap sejarah. Kalaupun ada perhatian terhadap tarikh/sejarah, yang dikaji hanyalah abu sejarahnya, bukan sejarahnya itu sendiri, demikian ungkap Ir. Soekarno.
Padahal kalau ditelisik lebih jauh, kata ‘sejarah’ berasal dari syajaratun atau tarikh dan shirah dalam terminologi Islam. Namun kenapa ummat Islam tidak merasa memilikinya?
Dr. Sa’id Ramadhani al-Buthy menyatakan tujuan mempelajari sejarah (shirah) adalah agar setiap Muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam kehidupan Rasulullah SAW, sesudah dipahami secara prinsip, kaidah dan hukum. Bukan hanya sekedar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah yang mengungkapkan kisah dan kasus menarik saja. Lebih-lebih pada saat ini, sosok Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah mulai bergeser dari pandangan ummat Islam. Demikian juga dalam Al-Qur’an banyak diungkap akan arti penting sejarah.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. 12:111)

YANG PERLU DIINGAT
1. Tidak diragukan lagi kiprah ummat Islam dalam perjuangan dan kehidupan bangsa Indonesia, baik semenjak datangnya Islam hingga masa sekarang ini.
2. Dengan ruhul Islam, telah berhasil menjiwai dan mendorong ummat Islam dalam memperjuangkan dan mengisi kehidupan berbangsa di Indonesia ini.

YANG PERLU DIKERJAKAN
1. Kembali mempelajari sejarah dan pelaku-pelaku sejarah Islam atau penulis-penulis Muslim, agar dapat memahami realitas sejarah Islam sesuai dengan sejarah Islam yang sebenarnya.
2. Usaha kaum muslimin untuk menggali dan menulis sejarah agar tidak terjadi distorsi sejarah.
3. Mewariskan sejarah Islam kepada generasi penerus secara benar agar setiap muslim memperoleh gambaran hakikat Islam yang paripurna, yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah SAW.

Nah, bagaimana dengan sejarah Islam di Kalimantan Timur khususnya? Ini menjadi tugas kita selaku ummat Islam di daerah ini, untuk menggali dan menjadi pelaku sejarahnya. Dan tidak lupa apakah kita terjebak dengan hanya tidak adanya pelajaran sejarah dibangku kuliah? Tidak kan?

1 comments:

Anonymous

October 17, 2008 at 5:57 PM

banyak sudah fakta dan arah sejarah kita yg mengalami distorsi. semoga kaum muda muslim kedepan menjadi generasi penerus uang punya integritas sehingga dipercaya oleh siapapun.

my blogs:
http://wwwambassador.blogspot.com
http://www.tohjoyo.wordpress.com