Spiga

Pendidikan Berlandaskan Ekonomi

Akhir-akhir ini berkembang pemikiran ekonomi yang berlandaskan pendidikan (Economic Based Education). Kalau kita berpikir terbalik, berarti target akhir pencapaian pendidikan adalah pertumbuhan ekonomi. Dari system pendidikan ini, berarti seluruh instrument dan parameter yang mendukungnya adalah standar ekonomi.

Di Indonesia pertumbuhan ekonomi menjadi target pencapaian pendidikan ini juga berlaku. Bahkan telah mengakar ke berbagai aspek di dunia pendidikan. Meminjam istilah birokrat, bahasa yang paling mudah dimengerti adalah bahasa anggaran. Sehingga semakin besar dana proyek pendidikan, diharapkan makin besar juga hasil yang diperoleh dari pendidikan. Makanya jangan heran pendidikan menjadi ajang proyek bisnis yang menggiurkan dan harga seseorang diukur dari nilai ekonominya.

Menengok kebelakang, pada zaman Adam Smith yang lebih menekankan ekonomi industri, berarti hasil akhir pendidikan adalah untuk memenuhi kebutuhan industri. Sehingga sekian sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan industri ini, Hingga industri-industri besar mendirikan sekolah untuk mendukung langgengnya mesin industri ini.

Jadilah ide industrialisasi pendidikan. Pemikiran industrialisasi pendidikan ini merambah ke konsep dasar pendidikan, sehingga proses pendidikan dianggap sama seperti proses industrialisasi. Akhirnya dibuatlah lembaga pendidikan yang inputnya beragam, melalui proses yang disebut ‘sekolah’, akan menghasilkan output yang seragam dalam jumlah yang mencengangkan. Bisa dilihat akhirnya, setiap tahun muncul hasil lulusan baru yang seragam, namun tidak terserap oleh kebutuhan lapangan kerja akhirnya, sekian juta orang jadi pengangguran.

Yang terakhir, berkembang pemikiran Robert T. Kiyosaki, Sekolah-sekolah diharapkan bisa memenuhi setiap kuadran. Ada yang siap jadi pekerja, jadi professional, jadi pengusaha dan ada yang jadi investor. Walaupun ide ini belum diterapkan di sekolah, tapi efek samping dari teori ini, sudah muncul orang-orang yang bergerak di passive income. Tidak mau bekerja keras, mengharapkan hasil berlipat ganda. Mungkinkah?

Kita memang tidak berharap hanya apa yang terjadi sekarang ini saja. Indonesia yang sebagian besar penduduknya Muslim, memiliki Human Development Index yang jauh di bawah, dengan andalan ekspor TKW sebagai pembantu rumah tangga. Tidakkah bisa mengejar Malaysia atau negara tetangga lainnya, dengan HDI menengah dan mampu mengekspor tenaga kerja ahlinya?

Lebih jauh lagi, kalau kita bandingkan dengan tujuan pendidikan Islam yang utama adalah mengajak manusia dari kegelapan jahiliyah kepada terang benderangnya Islam, dengan menjadi hamba yang mampu beribadah dan mengabdi kepadaNya serta mampu menjadi khalifah di muka bumi ini. Bukan hanya sekedar mencari sesuap nasi dan mengabdi kepada materi.

Tetapi pendidikan Islam ialah pendidikan yang menghasilkan manusia sejati yang hanya mengabdi kepada Illahi Robbi dan tidak takut kepada materi. Apalagi hanya tantangan yang bertubi-tubi.
Tags: pendidikan, islam, ekonomi

0 comments: